Terlahir dengan nama G.R.M. Soeyitno, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (K.G.P.A.A) Mangkunegoro VI adalah Pangeran yang memerintah Kadipaten Mangkunegaran sejak tahun 1896 hingga 1916. Beliau lahir pada tanggal 1 Maret 1857 di Surakarta, Jawa Tengah. Ia merupakan putra keempat dari Mangkunegara IV dan juga adik dari Mangkunegara V.
KGPAA Mangkunegara VI adalah seorang pemimpin visioner di penghujung abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang mewarnai banyak perubahan pesat dalam melewati zaman edan dengan "ugal-ugalan" mendobrak tradisi lama dengan didasari kebijaksanaan ala Jawa yang berpadu dengan moderinitas melalui semangat egaliter; mulai dari perubahan mendasar dalam urusan keuangan, fashion, aturan tata krama, gaya hidup di keraton, hingga multikulturalisme dan kebebasan beragama. Gaya kepemimpinan KGPAA Mangkunegara VI yang unik ini menjadi inspirasi bagi banyak orang dan panutan bagi keturunannya yang berkiprah dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat hingga saat ini.
Referensi lebih lanjut tentang KGPAA Mangkunegara VI dapat dilihat di sini
Pemerintah Kota Surakarta menetapkan Kompleks Astana Oetara sebagai Situs Cagar Budaya pada tanggal 21 Mei 2021, melalui Surat Keputusan Walikota Surakarta nomor 432.22/50.1 Tahun 2021, Tentang Status Cagar Budaya di Kota Surakarta Yang Ditetapkan Tahun 2021. Keputusan ini didasari oleh nilai penting yang dimiliki Astana Oetara bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan yang perlu dilestarikan keberadaannya.
Astana Oetara menempati lahan seluas + 1,4 hektar berlokasi di Desa Manayu atau Nayu, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Lokasi ini awalnya ditujukan sebagai tempat perisitirahatan terakhir yang dipilih KGPAA Mangkunegara VI dengan alasan agar lebih dekat dengan rakyat. Astana Oetara disiapkan sejak tahun 1909 kemudian dikembangkan dan dibangun pada tahun 1926, kemudian melalui serangkaian tahapan perawatan dan rekonstruksi terakhir dilakukan tahun 2020.
Kompleks Astana Oetara memiliki keunikannya sendiri dengan desain arsitektur bergaya paduan arsitektur Jawa dan Eropa (Art Nouveau). Terdapat empat bangunan utama yaitu: Kedaton Makam KGPAA Mangkunegara VI, Pendopo Handayaningrat (Pendopo Pantjasila Ing Handayaningratan), Masjid Astana Oetara serta Kantoor Dan Pemberentian Tamoe (Galeri). Ir. Soekarno yang di kemudian hari menjadi Presiden Pertama Republik Indonesia adalah arsitek Astana Oetara. Desain indah yang kini dapat disaksikan oleh para pengunjung Astana Oetara merupakan bentuk penghormatan dari Ir. Soekarno terhadap KGPAA Mangkunegara VI.
Astana Oetara kini merupakan Museum Hidup & Situs Cagar Budaya yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang. Sehingga bukan hanya menjadi rumah peristirahatan terakhir namun senantiasa dikembangkan agar terus dapat bermanfaat bagi masyarakat sesuai perubahan zaman.
Area ini merupakan pemakaman Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VI beserta permaisuri, para selir dan keturunannya. Mereka yang dapat dimakamkan di sini harus merupakan keluarga & keturunan dari KGPAA Mangkunegara VI.
Pada area pesarean ini terdapat makam Pejuang Pergerakan Kemerdekaan KPH Soejono Handajaningrat (Putra KGPAA Mangkunegara VI) dan tokoh nasional yaitu, K.R.M.H Jonosewojo, Pejuang Kemerdekaan dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) Jawa Timur yang pernah menjadi komandan Divisi VII Kodam Brawijaya, serta makam tokoh Pejuang Reformasi Roy B.B. Janis.
Pegawai Mangkunegaran yang dianggap memiliki jasa besar pada era kepimimpinan KGPAA Mangkunegara VI serta kerabat yang memenuhi persyaratan khusus yang telah diatur oleh Pengelola Kompleks Astana Oetara dimakamkan di area ini.
Saat ini Kompleks Astana Oetara dikelola oleh Perkumpulan (berbadan hukum) Keluarga Soejono Soewasti yang menaungi Trah Mangkunegoro VI.